Saturday, January 12, 2013

Fanatisme Di Tanah Inggris


c
Tanpa suporter sebuah klub sepak bola tak akan ada artinya. Namun karena mereka pula klub bisa dapat cap negatif lewat aksi fanatik yang anarkis.

Some people think football is a matter of life and death. I assure you, it’s much more important than that
Bill Shankly, Liverpool

Hampir di seluruh negara di belahan dunia memiliki suporter sepak bola. Temasuk di Indonesia dengan barisan suporter siap mati demi timnya. Namun kali ini kami tidak akan membahas fanatisme di Indonesia, Skotlandia, Spanyol atau Italia, melainkan menjurus ke fanatisme suporter di tanah Inggris.

Tak jarang para booligans yang sebagian besar gemar minum alkohol ini suka melakukan kekacauan sebelum dan seusai pertandingan baik merayakan kemenangan maupun pemberontakan kala timnya kalah. Pada kenyataannya kekerasan hooligan di Inggris itu punya sejarah panjang dan umur yang sama dengan olahraga sepak bola itu sendiri.

Setiap klub memiliki fans garis keras yang hidupnya kental dengan aroma pertarungan di jalanan. Di film The Green Street Hooligans, diceritakan bagaimana kehidupan para fans fanatik klub West Ham United. Mereka hidup dan bertarung di jalan-jalan kota London atas nama kesetiakawanan, loyalitas, harga diri dan kebanggaan. Bukan semata-mata penonton yang beli tiket dan berteriak memberi dukungan pada tim kesayangannya saat bertanding.

West Ham United dan Millwall merupakan salah satu persaingan paling lama di Inggris, walaupun mereka hanya bertemu beberapa kali. Namun persaingan East London Derby ini telah berkurang, karena kedua klub telah bermain di divisi yang berbeda dalam jangka waktu cukup lama. Ketika kedua tim bertemu dalam Piala Carling 25 Agustus 2009, kerusuhan pun tak terelakkan lagi. Bentrokan pecah di dalam dan di luar Stadion Upton Park. Pemain West Ham memprovokasi fans Milwall yang timnya kalah dengan skor 1-3. Di luar stadion dilaporkan seorang pendukung Milwall ditikam oleh fans West Ham.

Di London Utara, Arsenal dan Tottenham hanya terpisah jarak lima mil satu sama lain. Persaingan dimulai pada tahun 1919 ketika Arsenal promosi ke divisi utama dan Tottenham ketika itu sedang mengalami masa kejayaan. Persaingan kedua tim diperparah dengan pengkhianatan Sol Campbell yang menyeberang dari Spurs ke Arsenal pada tahun 2001. Padahal saat itu Campbell menjabat sebagai kapten Spurs. Ia pun dilabeli “Judas” oleh pendukung Spurs Yid Army’s.

Di London Barat, derby seru kerap terjadi saat Chelsea jumpa Fulham. Sedangkan di London Selatan, derby panas adalah milik Charlton Athletic, Crystal Palace, dan Wimbledon. Terutama saat Wimbledon masih bermarkas di Selhurst park (kandang Crystal Palace). Wimbledon dikenal dengan permainan kasarnya hingga diberi julukan The Crazy Ganks. Namun setelah Wimbledon pindah markas Ke Milton Keynes, derby London Selatan tidak sepanas dulu lagi.

The Kop
Kota Liverpool dan Manchester juga menjadi basis suporter terfanatik di Inggris. Kebesaran nama kedua tim tersebut tak luput dari prestasi timnya dan tentu saja para suporternya. Liverpool yang bermarkas di Anfield sejak tahun 1884 memiliki jumlah suporter yang sangat banyak dan fanatik. Sejak kehadirannya, klub yang berjuluk The Reds ini sudah banyak menoreh prestasi gemilang. Hingga pada 29 Mei 1985 terjadi sebuah tragedi yang menodai Liverpool dan fanatisme hooligan Inggris.

Rivalitas, derby dan seteru abadi memang menjadi salah satu faktor utama yang membakar semangat fanatisme. Kita dapat melihat bagaimana gilanya semangat setiap pemain Liverpool saat menjamu seteru abadi mereka, Manchester United (MU) di Anfield, begitu pula sebaliknya. MU juga punya sejarah rivalitas yang panjang dengan Leeds United dan Manchester City. Hampir di setiap pertandingan antara MU dan Leeds selalu dihiasi dengan bentrokan antar suporter mereka. Fans Leeds pun dibikin sakit hati bukan main saat pemain pujaan mereka, Rio Ferdinand dan Alan Smith hijrah ke MU.

Di kota Manchester, para Citizens (fans Manchester City) sama sekali tak menganggap Manchester United sebagai bagian dari kota Manchester. Manchester is blue, kata mereka. Kendati miskin prestasi, fans fanatik City tak kunjung berkurang dan sangat loyal. Mantan personel Oasis, Liam dan Noel Gallagher, adalah penggemar berat City yang paling terkenal dan suka menulis lagu untuk City. Mereka pun kerap melontarkan kebenciannya kepada United.

Di Old Trafford, kandang MU, para suporter menyindir rivalnya dari Manchester City dengan cara memasang spanduk bertuliskan jumlah gelar Setan Merah dan betapa lamanya City tak kunjung meraih gelar sejak memenangi Piala Liga tahun 1976. Hingga kini para suporter MU juga masih sering membentangkan spanduk bertuliskan Manchester United is My Religion, Old Trafford is My Church, kala MU bertanding di lapangan hijau.

Namun mereka semua pada kenyataannya dapat bersatu tanpa perseteruan saat tim nasional Inggris berlaga di kancah internasional. Dengan banyaknya ancaman sanksi yang diberikan oleh FIFA, para hooligan Inggris berpikir dua kali untuk melakukan tindakan anarkis karena takut dikenai sanksi yang dapat merugikan tim dan mereka sendiri. Bagaimana pun juga, bagi para hooligan seperti kata Bill Shankly, sepak bola bahkan lebih penting dari urusan hidup dan mati

Hari Ketika ULTRAS BERSATU.


sandri

Minggu, 11 November 2007. Terjadi beberapa kerusuhan di Kota Roma.antara pendukung Lazio dan ultras Juventus. Di sebuah SPBU di Badia al Pino di Arezzo polisi berusaha membubarkan sebuah bentrokan. Gabriele Sandri, seorang DJ yang pendukung Lazio berada di tempat dan waktu yang salah, duduk di dalam mobilnya di sekitar tempat itu. Sebuah peluru yang dilepaskan seorang personel polisi kota Roma bernama Luigi Spaccarotella menembus leher Sandri. Sandri menghembuskan nafas terakhirnya.


Kerusuhan merebak di seantero Italia, ultras dari semua klub di Italia memprotes brutalisme polisi tersebut. Mereka, saat itu, tidak lagi mengidentifikasikan diri mereka dengan klub yang didukungnya, tetapi mereka sebagai keluarga besar ultras merasa terzalimi.

Pemakaman Sandri diadakan Rabu, 14 November 2007, diawali misa di gereja setempat. Ribuan ultras dari berbagai klub di Italia, hari itu datang memberikan penghormatan terakhirnya kepada Sandri. Ultras dari semua klub di Italia berbaur, melupakan sementara semua rivalitas. Di hari Rabu itu semua ultra Italia bersatu.

Di bawah ini adalah sebuah catatan harian seorang remaja pendukung AS Roma, klub sekota dan rival abadi Lazio, yang menuliskan pengalamannya menghadiri upacara penghormatan bagi Sandri:


“Pemakaman Gabriele Sandri akan dilakukan hari ini di gereja paroki tempat dia menerima Sakramen Pemandian, beberapa tahun yang lalu. Gereja ini terletak di Piazza Baldunia, tak jauh dari rumah dan toko keluarganya, yang dikelola Sandri. Saya memutuskan untuk menghadirinya. Sebagian untuk menunjukkan rasa hormat saya padanya, sebagian lagi karena kejadian ini membuat saya marah. Sisanya karena rasa keinginan tahu saya.”

“Saya naik bus nomor 913 dari halte Metro di Lepanto. Seorang pria berusia empatpuluhan dan membawa payung yang terlipat naik ke bus sebelum saya, sambil mengamati peta kecil yang kelihatannya dicetak dari internet. Saya mengintip dari balik bahunya, ternyata peta itu menunjukkan rute ke arah gereja. Saya sendiri tidak membawa peta, walaupun saya belum pernah bepergian ke bagian barat daya kota Roma, karena mengira cukup mudah untuk menemukan lokasinya.”

“Bus sangat penuh. Sekitar setengah lusinan remaja dengan topi dan syal AS Roma tertawa riang dan bercanda di bagian belakang bus. Dua gadis mungil berambut pirang berusia sekitar 20 tahun berdiri dalam keheningan. Mereka mengenakan jaket hitam dengan logo birulangit dan putih Lazio serta emblem bendera Italia di lengannya. Kata “Irriducibili” tercetak di bagian depan. Di setiap halte makin banyak orang dengan syal Lazio naik dan membuat bus makin penuh saja. Seorang pria paruh baya bertanya kepada mereka, apakah mereka kenal dengan Gabriele Sandri. Mereka menjawab tidak, tetapi mereka tahu nama pembunuhnya. Pria itu hanya mengatakan bahwa keadaan akan tetap sama saja. Seorang perempuan berusia tigapuluhan bercelana ketat meneruskan bahwa kejadian ini menunjukkan bahwa kita tidak akan pernah bisa memercayai polisi.”

“Kami turun dari bus dan berjalan ke arah taman di depan gereja. Gerimis mulai turun. Waktu menunjukkan pukul 11.40 dan taman penuh sesak dipadati orang. Beberapa orang membentuk pagar betis di tangga menuju gereja, menahan kerumunan massa yang memenuhi empat penjuru taman. Sebagian besar massa adalah pemuda, tetapi jumlah perempuan dan lanjut usia pun cukup banyak. Media memperkirakan paling tidak 5.000 orang ada di sana saat itu.”

“Kelompok ultras dari seluruh Italia terwakili. Saya melihat kelompok dari Juventus, Taranto, Avellino, Milan Varese, Genoa, Cremonese dan Livorno serta banyak kelompok lain yang tidak saya kenali syalnya, dari klub mana. Saya menyeruak kerumunan orang hingga mencapai pagar di mana terdapat tumpukan tinggi bunga dan syal dari berbagai klub, dilatarbelakangi tilisan KEADILAN BAGI SANDRI. Di antara syal Lazio saya melihat syal AS Roma, Udinese, Palermo, Messina dan banyak lagi. Karangan bunga tidak hanya berasal dari teman-teman Sandri dan pendukung Lazio, tetapi juga dari Antonello Venditti, pimpinan ultras AS Roma. Juga dari petinggi ultras Napoli, Sampdoria dan Torino. Bahkan saya juga melihat karangan bunga berwarna ungu-hitam dari Fossa dei Leoni, yang telah bubar dua tahun silam.”

“Sementara di dalam gereja sudah penuh-sesak oleh keluarga, kerabat dan wakil pemerintah Italia. Ada Walter Veltroni dan Luciano Spaletti. Dan, Francesco Totti yang menangis ketika dia memeluk ibunda Sandri. Seluruh skuad tim Lazio dan tim-tim usia mudanya lengkap hadir di sana, termasuk pelatih Delio Rossi.”

“Kami yang berada di luar tentu saja tidak dapat melihat atau mendengar upacara di dalam gereja. Semuanya hening. Hanya sesekali terdengar tepuk tangan ketika tim Lazio dan keluarga mereka tiba. Saya berdiri di dekat para tokoh Irriducibili. Satu diantaranya memiliki tattoo di leher kanannya: ACAB (All Cops Are Bastards = Semua Polisi Anak Haram). Saya berpindah tempat, sementara hujan makin deras. Tepukan tangan berhenti ketika pemain Lazio terakhir masuk gereja. Kami berdiri dalam keheningan. Di depan saya ada seorang perempuan berusia limapuluhan, seorang diri, memakai syal Lazio sambil meremas-remas saputangan di tangannya.”

“Orang-orang di belakang saya berbincang perlahan dengan bahasa Italia yang bukan beraksen Roma. Pimpinan Banda Noantri tiba dan berdiskusi sejenak dengan pimpinan Irriducibili. Ketua mereka dipenuhi tattoo bergambar salib, simbol-simbol fasisme dan simbol Lazio. Waktu terus berjalan, makin banyak orang berdatangan. Saya berusaha mengabaikan bahwa mantel saya yang tidak tahan air sebentar lagi akan tak berguna.”

“Lewat pukul 13.00 misa berakhir dan terdengar gemuruh tepuk tangan ketika peti jenazah Sandri diusung keluar. Ultras dari berbagai klub kompak meneriakkan “Gabriele uno di noi” atau “Gabriele, kamu bagian dari kami.” Sebagian massa mulai menyanyikan sebuah lagu. Awalnya tak bergitu jelas, tetapi akhirnya ternyata itu lagi “Vola Lazio Vola”. Sebelumnya saya hanya mendengar sayup-sayup lagu itu ketika berada di Curva Sud dan tenggelam dalam sorakan giallorossi di sekitar saya.”

“Fans Lazio di seberang taman mulai bernyanyi dengan suara keras, dan perempuan tua di depan saya tadi, ikut bernyanyi dengan suara bergetar. Saputangannya kini telah benar-benar lusuh. Hujan bertambah deras, perempuan di depan saya akhirnya tak kuat lagi menahan emosinya dan menangis terisak-isak di tengah demuruhnya nyanyian “Lazio sul prato verde vola, Lazio tu non sarai mai sola, Vola un’aquila nel cielo, piu in alto sempre volerà”. Untunglah saya membawa tissue, karena saya juga mulai menangis.”

“Usai bernyanyi, terdengar beberapa yel “Gabriele sempre con noi” lagi. Beberapa orang sempat melantunkan nyanyian anti-polisi tetapi segera dicegah temannya. Diawali beberapa orang, akhirnya kami semua menyanyikan lagu kebangsaan Italia. Para pimpinan Irriducibili dan Banda Noantri tegap memberikan hormat ala Romawi dengan tangan kanan terangkat ketika peti jenazah Sandri melewati mereka, tanpa yel, tanpa slogan, hanya sebuah penghormatan.”

“Massa mulai mencair dan meninggalkan tempat di bawah lebatnya hujan. Para pemain Lazio menaiki bus tepat di depan saya dengan hening, dan duduk di dalamnya. Mereka menghapus uap air dari jendela dan memandangi kami dengan pandangan kosong. Pemain Lazio Mundingayi bahkan menempelkan wajahnya di jendela bus. Kami memandang mereka kembali. Seorang anak kecil melambai kepada mereka dan bertepuk tangan. Massa meninggalkan tempat sama heningnya dengan saat mereka datang. Pulang ke rumah masing-masing. Sekitar seribu orang ultras Lazio menuju Olimpico, berkumpul di bawah Curva Nord dan menyanyikan lagu-lagu Lazio.”

“Mentalitas ultras memang beragam. Sebagian baik, sebagian buruk. Tetapi hari ini saya belajar tentang suatu hal. Hari ini mereka berdatangan dari berbagai kota: Milan, Torino, Udinese,Napoli, Taronto, Palermo; dengan biaya mereka sendiri, berdiri dua jam di bawah derasnya hujan, untuk datang memberikan penghormatan terakhir kepada seorang yang tidak mereka kenal. Mereka bertepuk tangan untuk keluarga dan kerabat yang berduka, menyanyikan sebuah nama yang bahkan tidak dikenalnya seminggu yang lalu. Dan mereka membubarkan diri dalam damai. Anda mungkin menganggap perbuatan mereka ini tidak masuk akal, tetapi masihkah Anda menganggap bahwa semua ultras itu identik dengan kekerasan?”

Pengadilan memutuskan Luigi Spaccarotella bersalah dan menghukumnya 6 tahun penjara. Ketika Spaccarotella naik banding, pengadilan Italia justru menambah hukumannya menjadi 9 tahun 4 bulan, karena menemukan adanya unsur kesengajaan.

Sandri telah tiada di usianya yang belia. Tetapi Sandri adalah monumen ultras di Italia, tidak hanya bagi Lazio. Curva Nord Olimpico kini bernama Curva Nord Gabriele Sandri dan sebuah bangku dengan foto Sandri sengaja dibuat di sana. Selalu dikosongkan sebagai penghormatan terhadap dirinya. Karena Sandri akan selalu berada di hati semua ultras di Italia. Sebuah yayasan bernama Fondazione Gabriele Sandri didirikan dan tetap beraktivitas hingga hari ini.

sumber: http://galuhtrianingsihlazuardi.blogspot.com/2012/09/hari-ketika-ultras-bersatu.html

Sejarah ULTRAS !!!




Ultras (berasal dari bahasa Latin ultra, yang berarti melampaui dalam bahasa Inggris, dengan implikasi bahwa antusiasme mereka adalah 'luar' normal) adalah bentuk tim olahraga terkenal pendukung fanatik mereka menampilkan dukungan dan rumit. Mereka sebagian besar adalah pengikut Eropa tim sepak bola. Kecenderungan perilaku kelompok-kelompok ultras mencakup penggunaan suar-terutama dalam koreografi-tifo, dukungan vokal dalam kelompok besar, bertentangan dengan penguasa dan tampilan banner di stadion sepak bola, yang digunakan untuk menciptakan suasana yang mengintimidasi pemain lawan dan pendukung , serta mendorong tim mereka sendiri. Konsisten saingan dengan lawan pendukung, kelompok-kelompok ultras sering diidentikkan dengan tim masing-masing. Tindakan kelompok penggemar ultra kadang-kadang bisa terlalu ekstrim dan kadang-kadang dipengaruhi oleh kekerasan rasial, ideologi politik, lintas-kota derbies antar klub dari kota yang sama, dan bahkan dari pertunjukan miskin oleh tim.

Asal 
Subkelompok fan khusus ini muncul kuat di Italia pada akhir 1960-an ketika tim sepak bola mengurangi harga tiket di daerah-daerah tertentu di stadion.Istilah ini jarang dipakai di Inggris, tetapi dapat diterapkan untuk hardcore fans, atau penjahat. 
Terpanjang berdiri kelompok ultra dikatakan Hadjuk's Split Torcida yang didirikan pada tahun 1950, dan mengambil nama dari apa yang disebut kelompok-kelompok pendukung di Brazil.However, yang "Fedelissimi Granata" didirikan di Turin pada tahun 1951, dan masih hadir di garis ultra-up di Maratona curva.Ultras Sampdoria muncul pada tahun 1969 (yang pertama menyebut diri mereka "Ultra"), diikuti dengan "Boys San" dari Inter. Pada tahun 1986 di Serbia, Red Star Belgrade Ultras Grup ini dibentuk.
  
Karakteristik 
Kelompok ultra biasanya didasarkan pada kelompok inti (yang cenderung memiliki kontrol eksekutif seluruh kelompok), dengan subkelompok yang lebih kecil yang diselenggarakan oleh lokasi, persahabatan atau sikap politik. Ultras cenderung menggunakan berbagai gaya dan ukuran spanduk dan bendera dengan nama dan simbol-simbol kelompok. Beberapa kelompok ultra menjual barang dagangan mereka sendiri seperti syal, topi dan jaket. Budaya ultra adalah campuran dari beberapa gaya yang mendukung, seperti syal-melambai dan nyanyian. Kelompok ultra dapat nomor dari beberapa ratusan penggemar, dan sering mengklaim seluruh bagian dari sebuah stadion untuk diri mereka sendiri. 
Keempat poin inti dari mentalitas ultra adalah: 
• tidak pernah berhenti bernyanyi atau melantunkan selama pertandingan, tidak peduli apa hasilnya 
• tidak pernah duduk selama pertandingan 
• menghadiri permainan sebanyak mungkin (rumah dan pergi), tanpa biaya atau jarak 
• kesetiaan kepada yang berdiri di kelompok ini terletak (juga dikenal sebagai Curva atau Kop). 
Kelompok ultra biasanya memiliki perwakilan yang liaises dengan pemilik klub secara teratur, terutama mengenai tiket, alokasi kursi dan fasilitas penyimpanan. Beberapa kelompok klub menyediakan tiket murah, kamar untuk penyimpanan bendera dan spanduk, dan awal akses ke stadion sebelum pertandingan dalam rangka untuk mempersiapkan display. Beberapa non-ultras telah mengkritik jenis hubungan disukai. Beberapa penonton ultras mengkritik karena tidak pernah duduk selama pertandingan dan untuk menampilkan spanduk dan bendera, yang menghalangi pandangan mereka yang duduk di belakang. Ultras mengkritik orang lain untuk serangan fisik atau intimidasi non-ultra fans.

Hari Pertandingan
Varvari tifo di rumah Montenegro pertandingan Liga Pertama 
Sebelum pertandingan besar, kebanyakan kelompok-kelompok ultra choreograph layar yang besar, (kadang-kadang dikenal sebagai Tifo) untuk ketika tim masuk. Mulai ukuran, berdasarkan kemampuan keuangan kelompok, telah tifo ditampilkan hanya di bagian stadion di mana kelompok ini terletak atau seluruh stadion. Kadang-kadang lembaran kecil plastik atau kertas yang dipegang tinggi-tinggi untuk membentuk suatu pola atau warna stadion. Materi lain yang digunakan termasuk balon, pita, spanduk besar, suar, bom asap, dan lebih baru-baru ini, boneka raksasa (seperti yang digunakan oleh Sampdoria's ultras pada tahun 2002). Ikon budaya populer yang sering digunakan pada spanduk, seperti Alex DeLarge (dari film A Clockwork Orange), Bulldog, atau Che Guevara.Corporate logo dan merek catchphrases juga sering digunakan. The display, yang dapat mahal untuk membuat, sering waktu berbulan-bulan untuk mempersiapkan. 
Umumnya, ultra 'kelompok-kelompok, terutama di Italia, memiliki rasa permusuhan terhadap apa yang disebut sepak bola modern, yang mengacu pada semua-seater stadion, lebih mahal tiket, pertandingan yang dimainkan di non-tradisional kali (terutama malam pertandingan), pemain yang dibeli dan dijual seperti barang dagangan, dan komersialisasi yang berlebihan sepakbola pada umumnya. Spanduk yang menyatakan "contro Il Calcio Moderno" (Against sepak bola modern) atau sekadar "Tidak Al Calcio Moderno" (Tidak untuk sepak bola modern) yang biasa terlihat di stadion Italia, dan juga muncul dalam bagian-bagian lain Eropa. Bahasa Inggris umum setara, dilihat pada spanduk dan bendera di stadion di seluruh Inggris Raya, adalah ungkapan "Cinta Football, Hate Bisnis". 
Kelompok ultra cenderung sangat vokal di pertandingan, dengan masing-masing kelompok memiliki beberapa nyanyian sepak bola. Melodinya sebagian besar diambil dari lagu-lagu populer, seperti "Guantanamera" dan "7 Nation Army". Lagu populer lainnya, dinyanyikan secara keseluruhan mencakup "Ciao Bella" dan "ACAB (All Cops Are Bastards)". Dalam kebanyakan kasus, seorang pemimpin kelompok, sering menggunakan megafon, mengkoordinasikan berbagai kegiatan dari seluruh kelompok, termasuk nyanyian, lagu, dan banner tetes. Website Fanzines dan memainkan peran besar dalam gerakan ultra. Sebagai biaya cetak menurun dan meningkatkan perangkat lunak penerbitan, fanzines telah menjadi semakin lebih profesional tampak.


Holiganism
Meskipun kelompok ultra bisa menjadi kekerasan, sebagian besar melanjutkan pertandingan tanpa insiden kekerasan. Tidak seperti perusahaan berandal, yang tujuan utamanya adalah untuk melawan para penggemar klub-klub lain, fokus utama dari ultras adalah untuk mendukung tim mereka sendiri. Penjahat biasanya mencoba untuk tidak menarik perhatian ketika mereka melakukan perjalanan, biasanya tidak mengenakan warna tim, dalam rangka untuk menghindari deteksi oleh polisi. Ultras cenderung lebih mencolok ketika mereka melakukan perjalanan dan suka tiba secara massal, yang memungkinkan polisi untuk mengawasi gerakan mereka. Ketika masalah yang melibatkan ultras tidak pecah, biasanya mengambil bentuk huru-hara politik yang mirip dengan yang di Italia pada 1970-an ketika Carabinieri menggunakan taktik yang sama dengan ultras seperti yang mereka lakukan dengan aktivis politik. 
Namun, di sana tidak tampak "crossover di beberapa negara antara ultras dan hooligan. Di Italia, ketika klub Inggris Middlesbrough F.C. memainkan pertandingan melawan AS Roma pada Maret 2006, tiga fans Middlesbrough ditikam dalam serangan yang dipersalahkan pada pendukung Roma ultras.Roma ultras pendukung juga dipersalahkan karena sebuah insiden yang berkaitan dengan klub melawan klub Inggris Manchester United di Roma pada April 2007, yang mengakibatkan dalam 11 Manchester penggemar dan dua kipas Italia dibawa ke rumah sakit.ini peristiwa-peristiwa spesifik mungkin akan diberikan ke anti-pola pikir Inggris antara beberapa Roma fans bahwa tanggal kembali ke final Piala Eropa 1984. Berwenang Spanyol telah mengkhawatirkan terkait ultra-kekerasan terhadap pendukung klub-klub lain, seperti pembunuhan seorang penggemar Real Sociedad.

Politik 
 Napoli ultras memegang tinggi-tinggi spanduk protes tentang reaksi otoritas kematian seorang penggemar dari klub saingan. 
Kelompok ultra kadang-kadang dikaitkan dengan politik, seperti rasisme, anti-rasisme, nasionalisme atau anti-kapitalisme. Selain itu, salah satu gerakan yang tumbuh dalam kelompok-kelompok ultra yang melampaui kiri-kanan tradisional politik adalah perlawanan terhadap komersialisasi sepak bola. Di Italia gerakan ini disebut Tidak al Calcio Moderno, yang diartikan sebagai Football Modern Nay. [7] Pada beberapa kasus, para penggemar telah memisahkan diri dari tim asli dan membentuk tim sendiri, seperti Manchester United FC untuk F.C. Bersatu of Manchester, Wimbledon FC (sekarang Milton Keynes Dons FC) untuk AFC Wimbledon dan FC Red Bull Salzburg untuk SV Austria Salzburg. 
Beberapa kelompok Ultra - seperti Livorno's Brigate Autonome Livornesi, NK Zagreb's Bijeli anđeli, AC Arezzo's Fossa, Pisa Calcio's Ultras, Olympique de Marseille Curva-Massilia, St.Pauli 's Ultra Sankt Pauli, Celtic FC's Green Brigade, Hapoel Tel-Aviv Hapoel Ultras, Atalanta Bergamo's "Brigate Neroazzure", AEK Athena's Original 21, AC Omonia's Gate 9 dan Sevilla FC's Biris Norte - dikenal untuk menampilkan bendera dengan bintang merah, palu dan arit, lambang anarki, gambar Che Guevara atau berbagai anti-fasis ikonografi. Di Turki, Beşiktaş JK kelompok ultra Çarşı, yang dikenal karena pandangan sayap kiri, memiliki nilai A dalam logo yang mirip dengan simbol anarki. Ajax Amsterdam penggemar sering menampilkan Bintang Daud dan bendera Israel, dan secara teratur menyanyikan "Joden! Joden!" (Belanda untuk "Yahudi! Yahudi!") Dalam referensi klub akar Yahudi. Demikian pula, Tottenham Hotspurs ultras Yidos label sendiri dan memanggil tim Yid Angkatan Darat, untuk relect warisan Yahudi mereka. Antirazzisti MONDIALI tahunan (Anti-rasis Piala Dunia) menarik lebih dari 6000 orang, dan merupakan pertemuan terbesar anti-fasis di dunia Ultras. 
Ada banyak politisi kanan ultras di dunia seperti Maccabi Tel Aviv's Ultras Beitar Yerusalem Famillia La Irriducibili Lazio, Inter's Boys San, Real Madrids Ultras Sur, Hellas Verona Brigate Gialloblu Espanyol's Brigadas Blanquiazules, FC Steaua Bucureşti's Peluza Nord & Peluza Sud, FC Dinamo Bucuresti's PCH (Peluza Cătălin Hîldan) dan Atletico Madrid kelompok ultra dikenal untuk menampilkan swastika dan rasis.

Persaingan 
Sengit persaingan antara kelompok-kelompok ultra dapat ditemukan di seluruh dunia, walaupun sebagian besar dari persaingan yang lebih besar ditemukan di Eropa. Para persaingan sering didasarkan sekitar permusuhan dasar ke tim saingannya, terutama di derbies, dan beberapa persaingan yang sebagian didasarkan pada politik (misalnya Livorno vs Lazio). Ada juga telah persaingan antara kelompok-kelompok ultra yang mendukung tim yang sama; didasarkan pada pribadi dan / atau sengketa kepemimpinan. Kadang-kadang kelompok-kelompok ultra mencoba menangkap spanduk dan bendera dari kelompok saingan. Kehilangan banner atau bendera grup saingan dianggap sebagai penghinaan besar, dan kehilangan fraksi banner diperlukan untuk membubarkan diri. 
Dalam buku Bagaimana Menjelaskan Sepak Bola Dunia, Franklin Foer menggambarkan persaingan antara tim Serbia dan Kroat sebagai, "baru, atau lebih tua, permusuhan bisa dilihat jelas di stadion sepak bola ... penggemar bernyanyi tentang pembunuhan masing-masing." ultras dari FK Partizan, Grobari (Penggali Kubur) dan FC Red Star Beograd, Delije (Pahlawan) membentuk dasar arkan's Macan, sebuah kekuatan paramiliter Serbia yang kemudian terlibat dalam berbagai aksi teror selama Perang di Yugoslavia. The Tigers membuat penampilan dramatis selama permainan derby Beograd 22 Maret 1992 antara Red Star dan Partizan; mereka mengangkat rambu berkata: '20 mil ke Vukovar '; '10 mil ke Vukovar'; 'Selamat Datang di Vukovar'. Lebih tanda diikuti, masing-masing nama untuk sebuah kota Kroasia yang telah jatuh ke pasukan Serbia. Arkan kemudian direktur Red Star pendukung 'asosiasi.Dalam pertandingan nanti, setelah pasukan Serbia mundur dari pendudukan Vukovar, Kroasia penggemar secara berkala akan menampilkan tanda-tanda menghormati Vukovar (kadang-kadang dieja Vukowar) dan menyanyikan: "Vukovar! Vukovar!". Ketika Bosnia-Herzegovina memainkan pertandingan persahabatan melawan Kroasia pada Agustus 2007, Kroasia penggemar membentuk sebuah simbol U manusia, yang mewakili gerakan fasis Ustase bertanggung jawab atas pembunuhan massal Serbia, Yahudi, dan orang-orang Roma selama Perang Dunia II. Ini adalah saat adanya peningkatan ketegangan etnis di Bosnia antara Kroasia dan Muslim Bosnia

Friday, January 11, 2013

Chants BRIGATA CURVA SUD 1976

FORZA SLEMAN !!

Forza Sleman,
Sleman Champione,
Forza Sleman Il Sleman Ole,
Forza Sleman,
Vinci Per Noi,
Forza Sleman La Sud E Conte,
Ale Ale Ale Ale Forza Sleman Ale Ale.


AKU CINTA PSS-KU !!

Aku Cinta PSS-Ku Tak Terbatas Waktu,
Takkan Ada Selain Dirimu,
Cinta Yang Telah Kita Bina Pahit Manis Bersama,
Demi PSS SUPER ELANG JAWA.


SIAPA YANG BERLARI DISANA !!

Siapa Yang Berlari Disana,
Itu Dia SUPER ELANG JAWA,
Kibarkan Bendera Kita Bernyanyi Bersama Agar PSS Juara.
oOoOoOoOoO    oOoOoOoOoO
oOoOoOoOoO    oOoOoOoOoO


HANYA UNTUKMU !!

Ku Disini Hanya Untukmu,
Ku Berlari Hanya Untukmu,
Ku Luangkan Semua Waktu PSS I LOVE YOU,
Bila PSS Menang Ku Ingin Ku Kan Menari Dan Terus Bernyanyi
Ku Kan Menari Ku Kan Menari Ku Kan Menari Dan Terus Bernyanyi


AYO DUKUNG PSS !!

Ayo Dukung PSS,
Ayo Nyanyi Bersama,
Ayo Jangan Diam Saja Ayo Katakan oOoO
oOoO oOoO oOoO


KULIHAT, KUDUKUNG, KUBANGGAKAN !!

Kulihat, Kudukung, Kubanggakan,
Hanya Satu Hanya Super Elja-ku,
Jangan Ragu Kami Selau Mendukungmu,
Satukan Tekadmu Jadi Nomer Satu
Yo Ayo Ayo,
Ayo Ayo PSS-KU
Yo Ayo Ayo,
Ayo SUPER ELJA-KU,
Bersama Kita Raih Juara, Kita Raih Juara Kita Indonesia.


Daftar Komunitas Anggota BRIGATA CURVA SUD 1976


  1. ULTRAS PSS 
  2. MERAPI EXTREME PSS 
  3. WATON SEREM 
  4. DISTRIK TIMUR
  5. SQUIVAS
  6. LAJELAN '03
  7. SLEMANISTI GODEAN
  8. SAMBODJA
  9. FORZA PSS
  10. GARIS KERAS X FAMILIA
  11. SLEMEERS YK CITY
  12. TITIK HITAM
  13. THE ATHECRAZ
  14. PSS NEVER DIE
  15. AMOEK
  16. LIBERDEVAS
  17. JAGO 08
  18. GANG SINGA
  19. LADIES CURVA SUD
  20. BAMBINO PAZZO D' JAPATEPA
  21. BCS RAGAZZI DELLA CURVA SUD
  22. BCS SENJA
  23. SUMBERADI BLACK AREA
  24. BRONES
  25. CHAKRAM 
  26. SLEMAN KOTA
  27. SEMUT IRENG
  28. BCS CAPITALE
  29. BCS "DARI TEGAL UNTUK PSS"
  30. GREEN STREET BOYS
  31. SUD BOYS 1976 (BCS INDEPENDENT)
  32. BCS BABARSARI
  33. BCS PALAGANO
  34. KOSTRAT SQUAD
  35. BCS  SQUAD JOGJA UTARA
  36. SOUTH WOLVES MINOMARTANI
  37. BCS BLACK PANDAWA
  38. BCS ALIENZ 1976
  39. BCS X-GENERATION
  40. JPA (JOGJA PSS ABIZ) SEYEGAN
  41. BCS LOTUS
  42. NORTH CITY FIRM
  43. BCS HURA HURA
  44. JAVA AQUILA CUSTODE
  45. BCS SEYEGAN RAYA
  46. RAYKER
  47. BCS GAPRAK
  48. BCS GALAKSI
  49. BCS GESPER
  50. BCS MILITIA
  51. GREEN GIANT
  52. BCS CURVA SUD OF JAVA
  53. HORNY CURVA SUD
  54. BCS RIALEST
  55. BCS NORTH SLEMAN
  56. SERDADU SLEMAN RAYA
  57. BCS SLEMAN TIFOSI
  58. BCS JOGJAKOTA
  59. BCS GREENLABELL
  60. BCS SOUTH MERAPI
  61. VERDE SCURO
  62. BCS BOMBERKIDZ
  63. SENJATA
  64. BAZOKA
  65. BCS "ORA NGOPO-NGOPO" :) 
  66. BCS NORD KAPE
  67. BCS BRISETH
  68. BCS SAGAN SQUAD
  69. BCS LA COSA NOSTRA
  70. COMMANDO ULTRA SQUADRA
  71. BTCY
  72. BCS JPA
  73. BALACLAVA'S CURVA SUD
  74. SLEMAN FIGHTERS
  75. BCS FRAMBOS
  76. BCS GERAKAN PRAJURIT SELATAN
  77. BCS BLACK PARADE
  78. BCS LODONGDOTCOM
  79. BCS SILLUMANIA SQUAD BURJO
  80. BCS CURVA SUD SLEMANO
  81. BCS OSCAR
  82. BCS LIBERTA DEL NERI
  83. BCS CRITICAL ATTACK 
  84. BCS DEPASGO
  85. MONSTER CURVA SUD
  86. BLACK FIGHTER FAMILIA
  87. BCS GERBANG SELATAN SQUAD
  88. BCS BLACK SPIRIT
  89. BCS SQUAD BODEM
  90. BCS AMSTERDAM
  91. BCS BLACKBOYS
  92. BCS BLACK HAWK
  93. BCS PAPRINGANO
  94. BCS MOLUCCAS
  95. BCS SUSUKAN ARMY
  96. BCS ANASER
  97. BCS X GEJAYAN
  98. BCS FORCE BLACK TM
  99. BAMBINI KLEIDEON
  100. CURVA SUD GALANGANNO 
  101. RICCORENZA TRUPPE

  BCS X PSS ORA MUNTIR !!

Supporter Ikut Menentukan Pemain PSS.

Pelatih PSS Sleman, Hanafi, enggan menyebut jika skuad timnya musim depan adalah murni pilihannya. Ia mengatakan, supporter dan orang lain yang memilih para pemain. "Bukan saya yang memilih, tapu orang lai, termasuk supporter, tutur Hanafi". Menurut Hanafi, antusias supporter yang memadati stadion tridadi cukup membantunya dalam memilih pemain, Ia menyebut, secara tidak langsung supporterlah yang memilih para pemain PSS musim depan. 
Para suppoter sering memberikan respons saat para peserta seleksi diuji tanding dilapangan, "Jika supporter teuk tangan, berarti pemain itu bagus. Jika menyoraki, berarti pemain kurang bagus, dengan respons tersebut, para pemain akan mengetahui sejauh mana kemampuan masing-masing, jika pemain merasa tidak mampu sebaiknya mundur, tutur Hanafi". Meski demikian, Hanafi tak serta merta lepas tangan mengenai proses seleksi tersebut. Kapasitasnya sebagai pelatih akan berpengaruh terhadap proses seleksi.


( Sumber @ELJA_Kaskus official twitter of ELJA KASKUS )

Akun Twitter Resmi BCSxPSS_1976

Ini adalah beberapa akun twitter anggota BRIGATA CURVA SUD 1976

@BCSxPSS_1976 (official twitter of BRIGATA CURVA SUD 1976)
@LCSxPSS_1976 (official twitter of LADIES CURVA SUD 1976)
@BCSXPSSPALAGANO (BCS PALAGANO)
@BCS_LAPENDHOZ76 (BCS LAPENDHOZ)
@balaclavas1976 (BCS BALACLAVAS)
@BPJ_PSS1976
@CAPITALE_1976 (BCS CAPITALE/ Jabodetabek)
@ELJA_Kaskus (official twitter of ELJA KASKUS)
@KLATENxFAMILITA (BCS KLATEN)
@DTxPSS_1976 (DISTRIK TIMUR)
@FORZAPSS
@GK_WARRIORS_ (GARIS KERAS)
@pss_lajellan03 (BCS LAJELLAN)
@MERAPIEXTREME
@Squivas1976 (BCS SQUIVAS)